Pengalaman Menitipkan Anak di Daycare
18.00Persoalan menitipkan anak di daycare ternyata tak mudah. Dulu, sebelum mempunyai anak, memang sudah terpikirkan untuk mengambil opsi menitipkan anak di daycare, mengingat saya dan suami sama-sama bekerja. Jadi setelah saya hamil, daycare jelas jadi pilihan utama untuk menitipkan anak. Sementara opsi punya pembantu rumah tangga yang khusus merawat bayi alias baby sitter nggak pernah muncul.
Alasannya karena rumah saya kecil dan masih ikut orang tua. Jadi nggak enak aja kalau harus menambah orang baru. Selain itu keluarga saya sama suami seumur-umur memang nggak pernah punya ART/baby sitter jadi ya bakalan canggung kalau harus serumah dengan orang asing. Alasan lainnya yang nggak kalah penting adalah saya belum butuh dan mampu untuk menyewa baby sitter, saat ini. Entah nanti, ya...
Sebenarnya, selain opsi menitipkan anak di daycare dan menyewa baby sitter yang kini bikin merasa was-was sama orangnya, ada opsi satu lagi yaitu menitipkan anak untuk diurus oleh Mama saya atau mertua saya. Tapi kondisi ini nggak memungkinkan karena orangtua saya dan mertua masih sama-sama bekerja, jadi ya kasihan kalau harus ditambah pekerjaannya untuk mengurus cucu. Apalagi Mama saya sekarang sudah semakin menua, nggak tega saya rasanya harus menitipkan anak untuk dirawat seharian.
Makanya deh, menitipkan anak di daycare jadi keputusan bulat saya dan suami. Jujur, awalnya saya nggak mau ribet memilih daycare. Saya langsung memilih daycare tempat kakak saya menitipkan anak-anaknya saat bekerja. Sebenarnya sih saya harus 'sreg' dulu sama tempatnya, tapi dulu saya malas untuk survei banyak tempat, karena daycare pilihan kakak saya, lokasi dan biayanya masih terjangkau. Sisanya nanti dipikiran sambil jalan, yang terpenting saat itu anak saya sudah punya tujuan harus dititipkan ke mana.
Awal-awal sih nggak dipungkiri ada banyak drama yang saya dan suami alami. Drama nggak tega meninggalkan anak di penitipan, drama mikiran anak rewel nggak, secara waktu itu usianya masih 4 bulan. Belum lagi drama anak sakit (batuk-pilek) setiap sebulan sekali, sampai drama pusing lihat kondisi daycare yang makin lama bikin nggak sreg. Tapi lama kelamaan drama itu hilang dan saya jauh bisa lebih tenang. Ya meskipun terkadang tetap ada rasa khawatir sih, tapi sisanya saya serahkan sama Allah.
Tapi terkadang nih yang bikin nggak tenang lagi malah komentar orang-orang. Selalu ada saja yang berpikiran negatif dan berkomentar nggak enak sejak saya menitipkan anak di daycare. Tapi sekarang saya masa bodoh, sih! Karena pada akhirnya yang menjalani pilihan ini adalah saya dan suami dan yang menanggung konsekuensinya adalah kami bukan mereka. Dan yang paling penting mereka nggak bayarin daycare anak saya. Ya kan?
Sebagai seorang ibu yang bekerja, tentu ada rasa bersalah meninggalkan anak untuk kerja. Tapi, saya juga nggak bisa berdiam diri di rumah. Apalagi sekarang biaya sekolah anak nggak murah. Saya ingin mandiri sekaligus membantu suami untuk memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak. Begitu pula suami yang tentu saja harus bekerja juga siang dan malam. We have no better options!
Sebenarnya trigger dari postingan kali ini karena masih banyak yang menanyakan tentang daycare anak saya, Arsa Bhiru. Selain itu juga ternyata masih banyak juga yang berpikiran negatif karena menitipkan Arsa di daycare. Untuk pikiran negatif dari orang-orang sih, seperti yang saya bilang tadi, saya nggak mau ambil pusing. Kali ini saya mau fokus berbagai cerita saja mengenai pengalaman menitipkan Arsa di daycare.
Sekarang, usia Arsa sudah 16 bulan dan sudah satu tahun saya titipkan di daycare. Kalau ditanya pengalaman menitipkan anak di daycare sejujurnya belum begitu banyak, tapi kalau soal tantangan selalu ada saja yang harus saya hadapi setiap hari. Tapi mengingat Arsa sekarang sudah makin besar, saya malah merasa semakin terbantu dengan keputusan untuk menitipkan anak di daycare. Nggak hanya membantu pekerjaan saya sebagai seorang working mom saja, tapi saya yakin Arsa juga merasa terbantu kebutuhannya untuk bermain dan bersosialisasi saat kedua orangtuanya harus bekerja.
Ya, mudah bersosialisasi jadi salah satu manfaat yang saya lihat semenjak menitipkan Arsa di daycare. Setiap hari, Arsa akan menghabiskan waktunya untuk berinteraksi dengan anak-anak lain maupun para pengasuh. Belajar bersosialisasi itu nggak kalah penting untuk perkembangan anak pada usia dini. Selain itu saya meyakini kalau Arsa mudah dan pandai bersosialisasi bakal jadi modal penting untuk masa depannya. Apalagi saya dan suami orangnya gampang kenal dan ngobrol sama orang baru jadi makin sepakat kalau Arsa harus mampu bersikap demikian. Secara dia anak laki-laki, nggak mau saya kalau kelak dia jadi anak pemalu untuk mengemukakan pendapat, nggak maju-maju atau enggak mau berinteraksi dengan orang lain.
Anak-anak yang dititipkan di daycare dan menghabiskan hari-harinya dengan banyak kegiatan bersama anak-anak lain akan membuatnya jadi lebih mandiri dan membantu mencegahnya terlalu 'lengket' dengan orangtua. Manfaat ini saya rasakan sekali sejak menitipkan Arsa di daycare. Selain jadi anak mandiri, saya memang merasakan 'enaknya' kalau Arsa jadi anak yang nggak terlalu lengket sama orangtua dan nggak harus melakukan sesuatu dengan saya maupun suami. Bukan bermaksud saya nggak mau lengket terus sama anak ya, tapi lebih membantu pekerjaan saya biar nggak kerepotan melakukan segala sesuatunya sendiri.
Meski merasakan manfaat dengan menitipkan anak di daycare, tetap ada negatifnya dong! Salah satunya adalah gampang ketularan penyakit. Bukan penyakit serius sih, kalau serius dan berbahaya pasti saya nggak menitipkan anak di daycare. Sakit yang dialami sejak masuk daycare itu adalah batuk pilek yang gampang banget nularnya. Serasa muter terus setiap bulannya pasti kena jatah. Meskipun saya sudah menjaga dan meminta bantuan pengasuhnya biar anak yang batpil nggak dekat-dekat sama anak saya dan anak lain tapi ya namanya juga di daycare tentu tak semudah itu...
Selama setahun di daycare bisa dibilang Arsa sering ketularan batuk pilek dan bahkan pernah terkena Flu Singapura sampai cacar air. Kalau batuk pilek saya yakin sih ketularan teman-temannya di daycare, tapi untuk Flu Singapura dan cacar air, saya sempat bingung kena virus pas dimana dan dari siapa ini. Apalagi waktu itu usia Arsa belum satu tahun, makin sedih dan hancur hati ini. Jujur saya sempat memutuskan untuk berhenti menitipkan Arsa di daycare, lho. Tapi lama-kelamaan keputusan itu nggak bisa terealisasi karena kondisi yang nggak memungkinkan.
Meski Arsa pernah mengalami 'penyakitnya anak daycare' tapi sekarang saya melihat sistem imunnya jadi lebih kuat. Bahkan sudah lebih lima bulan dia nggak pernah batuk pilek bahkan sampai masuk rumah sakit dan semoga akan terus demikian ya. Aamiin! Jadi kalau dulu banyak orang-orang terdekat yang mengatakan "nggak papa kalau sekarang sering sakit, besok bakal jadi anak kuat kok karena sistem imunya udah kuat", sekarang saya mengiyakan. Ya meski dulu sempat kesel juga sih setiap kali 'dikuatkan' dengan perkataan demikian karena kenyataannya anakku kok sakit-sakitan gini sih sejak masuk daycare.
Sejauh ini Arsa juga nggak pernah rewel di daycare. Malahan seneng banget dan antusias setiap kali suami udah siap-siap mau mengantarnya ke daycare. Nangis paling kalau bangun siang nggak ada pengasuh di sampingnya. Tapi kalau soal tidur nggak pakai drama harus jungkir-balik nenen dulu tapi cukup dipuk-puk sama pengasuh. PR selanjutnya yang masih belum bisa saya lakukan adalah melepas penggunaan dot. Ya, Arsa menggunakan dot saat minum ASIP di daycare tapi kalau di rumah, direct breastfeeding. Saya dan suami sudah siap belajar untuk menggunakan media lain selain dot, sejak dulu sebenarnya, tapi pengasuhnya di daycare belum siap dan terkadang malah bikin saya khawatir.
Doakan saya ya, pengen banget melepas penggunaan dot nih karena memang nggak baik untuk perkembangan Arsa ke depan.
Jadi gimana? Apakah punya pengalaman yang sama juga dengan menitipkan anak di daycare? Kalau buat saya yang full time working mom, daycare adalah solusi terbaik saat ini. It is totally worth it! :) Saya merasakan dengan menitipkan anak di daycare membawa manfaat bagi perkembangannya. Setiap pengalaman yang saya rasakan juga nggak ada yang sia-sia kok, beneran jadi bahan pembelajaran kalau menjadi seorang ibu itu kudu strong!
Sebenarnya trigger dari postingan kali ini karena masih banyak yang menanyakan tentang daycare anak saya, Arsa Bhiru. Selain itu juga ternyata masih banyak juga yang berpikiran negatif karena menitipkan Arsa di daycare. Untuk pikiran negatif dari orang-orang sih, seperti yang saya bilang tadi, saya nggak mau ambil pusing. Kali ini saya mau fokus berbagai cerita saja mengenai pengalaman menitipkan Arsa di daycare.
Sekarang, usia Arsa sudah 16 bulan dan sudah satu tahun saya titipkan di daycare. Kalau ditanya pengalaman menitipkan anak di daycare sejujurnya belum begitu banyak, tapi kalau soal tantangan selalu ada saja yang harus saya hadapi setiap hari. Tapi mengingat Arsa sekarang sudah makin besar, saya malah merasa semakin terbantu dengan keputusan untuk menitipkan anak di daycare. Nggak hanya membantu pekerjaan saya sebagai seorang working mom saja, tapi saya yakin Arsa juga merasa terbantu kebutuhannya untuk bermain dan bersosialisasi saat kedua orangtuanya harus bekerja.
Ya, mudah bersosialisasi jadi salah satu manfaat yang saya lihat semenjak menitipkan Arsa di daycare. Setiap hari, Arsa akan menghabiskan waktunya untuk berinteraksi dengan anak-anak lain maupun para pengasuh. Belajar bersosialisasi itu nggak kalah penting untuk perkembangan anak pada usia dini. Selain itu saya meyakini kalau Arsa mudah dan pandai bersosialisasi bakal jadi modal penting untuk masa depannya. Apalagi saya dan suami orangnya gampang kenal dan ngobrol sama orang baru jadi makin sepakat kalau Arsa harus mampu bersikap demikian. Secara dia anak laki-laki, nggak mau saya kalau kelak dia jadi anak pemalu untuk mengemukakan pendapat, nggak maju-maju atau enggak mau berinteraksi dengan orang lain.
Anak-anak yang dititipkan di daycare dan menghabiskan hari-harinya dengan banyak kegiatan bersama anak-anak lain akan membuatnya jadi lebih mandiri dan membantu mencegahnya terlalu 'lengket' dengan orangtua. Manfaat ini saya rasakan sekali sejak menitipkan Arsa di daycare. Selain jadi anak mandiri, saya memang merasakan 'enaknya' kalau Arsa jadi anak yang nggak terlalu lengket sama orangtua dan nggak harus melakukan sesuatu dengan saya maupun suami. Bukan bermaksud saya nggak mau lengket terus sama anak ya, tapi lebih membantu pekerjaan saya biar nggak kerepotan melakukan segala sesuatunya sendiri.
Meski merasakan manfaat dengan menitipkan anak di daycare, tetap ada negatifnya dong! Salah satunya adalah gampang ketularan penyakit. Bukan penyakit serius sih, kalau serius dan berbahaya pasti saya nggak menitipkan anak di daycare. Sakit yang dialami sejak masuk daycare itu adalah batuk pilek yang gampang banget nularnya. Serasa muter terus setiap bulannya pasti kena jatah. Meskipun saya sudah menjaga dan meminta bantuan pengasuhnya biar anak yang batpil nggak dekat-dekat sama anak saya dan anak lain tapi ya namanya juga di daycare tentu tak semudah itu...
Selama setahun di daycare bisa dibilang Arsa sering ketularan batuk pilek dan bahkan pernah terkena Flu Singapura sampai cacar air. Kalau batuk pilek saya yakin sih ketularan teman-temannya di daycare, tapi untuk Flu Singapura dan cacar air, saya sempat bingung kena virus pas dimana dan dari siapa ini. Apalagi waktu itu usia Arsa belum satu tahun, makin sedih dan hancur hati ini. Jujur saya sempat memutuskan untuk berhenti menitipkan Arsa di daycare, lho. Tapi lama-kelamaan keputusan itu nggak bisa terealisasi karena kondisi yang nggak memungkinkan.
Meski Arsa pernah mengalami 'penyakitnya anak daycare' tapi sekarang saya melihat sistem imunnya jadi lebih kuat. Bahkan sudah lebih lima bulan dia nggak pernah batuk pilek bahkan sampai masuk rumah sakit dan semoga akan terus demikian ya. Aamiin! Jadi kalau dulu banyak orang-orang terdekat yang mengatakan "nggak papa kalau sekarang sering sakit, besok bakal jadi anak kuat kok karena sistem imunya udah kuat", sekarang saya mengiyakan. Ya meski dulu sempat kesel juga sih setiap kali 'dikuatkan' dengan perkataan demikian karena kenyataannya anakku kok sakit-sakitan gini sih sejak masuk daycare.
Sejauh ini Arsa juga nggak pernah rewel di daycare. Malahan seneng banget dan antusias setiap kali suami udah siap-siap mau mengantarnya ke daycare. Nangis paling kalau bangun siang nggak ada pengasuh di sampingnya. Tapi kalau soal tidur nggak pakai drama harus jungkir-balik nenen dulu tapi cukup dipuk-puk sama pengasuh. PR selanjutnya yang masih belum bisa saya lakukan adalah melepas penggunaan dot. Ya, Arsa menggunakan dot saat minum ASIP di daycare tapi kalau di rumah, direct breastfeeding. Saya dan suami sudah siap belajar untuk menggunakan media lain selain dot, sejak dulu sebenarnya, tapi pengasuhnya di daycare belum siap dan terkadang malah bikin saya khawatir.
Doakan saya ya, pengen banget melepas penggunaan dot nih karena memang nggak baik untuk perkembangan Arsa ke depan.
Jadi gimana? Apakah punya pengalaman yang sama juga dengan menitipkan anak di daycare? Kalau buat saya yang full time working mom, daycare adalah solusi terbaik saat ini. It is totally worth it! :) Saya merasakan dengan menitipkan anak di daycare membawa manfaat bagi perkembangannya. Setiap pengalaman yang saya rasakan juga nggak ada yang sia-sia kok, beneran jadi bahan pembelajaran kalau menjadi seorang ibu itu kudu strong!
5 comments
Semangat, Mbak! Walaupun saya sekarang full time mom, tapi kalau kelak bekerja nanti mungkin pilihan pertamanya juga akan daycare. Hehehe :)
BalasHapusHalo kak, seneng banget baca tulisan kakak. Apa adanya dan mengalir ringan...
BalasHapusBtw
Aku juga lagi mau titipkan anaku ke daycare nih, dan kemarin sudah trial 1 hari dan hasilnya si bayi yg usia 1 tahun nangis terus nyariin saya kak.
Boleh sharing ka awal titipkan anak kakak trial dulu atau langsung titipkan ?
Hai kak, makasih lho udah sharing.
BalasHapusMinta tips kak supaya saya tega melepas anak di daycare, Krn kemarin coba 3 jam di daycare dia nangis terus kak. Usianya 1 tahun dan dia directbreastfeeding. Jadi ga mau minum pakai botol...
aku sedang ada di posisi ini mba.. terima kasih karena tulisan mba aku jadi lebih bisa legowo, apalagi pengalaman mba dengan umur arsha yang masih jauh lebih kecil dari anak saya, mba sudah berani menitipkan di daycare. Tetep semangat full time working mom semua.
BalasHapusTerima kasih sudah berbagi cerita bund. Aku punya masalah yg sama. Anakku masuk daycare usia 7 bulan dan saat ini usianya 16 bulan. Masalahnya setiap bulan anakku selalu dapat "jatah" bapil :( bunda pasti lebih paham, sekalinya bapil anak ga mau makan, ga nyaman tidur, dan selalu jadi langganan dokter setiap bulannya. Opname di RS pun pernah waktu usianya 8 bulan kena Bronchopneumonia demam sampai 40 derajat. Kalau diingat2 sedih rasanya. Kemudian aku dan suami memutuskan untuk pindah daycare berharap bisa lebih sehat lagi di daycare baru. Ternyata perubahannya tdk begitu signifikan. Anakku masih suka bapil, walaupun kdg kali ini ga perlu ke dokter bisa sembuh. Tapi tetep aja bapil ini bagaimanapun susah dihindarinya. Doakan anak kami juga sehat lagi seperti Arsa! Sehat selalu Bunda dan Arsa.
BalasHapus