Mitos dan Fakta Kehamilan
18.00Selama masa pandemi, saya mendapat banyak kabar kehamilan dan kelahiran dari orang-orang terdekat. Di antaranya memang ada yang sudah direncanakan, namun tak sedikit juga yang mengaku kaget sekaligus takut karena kondisi tersebut membuat mereka harus memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan yang mana kebanyakan jadi pusat pelayanan pasien Covid-19. Di sisi lain, mereka dihadapkan dengan pemberitaan yang menyebutkan bahwa wanita hamil rentan terinfeksi virus corona (meski datanya masih minim). Bagaimanapun, mereka harus berjuang untuk melindungi diri sendiri sekaligus memikirkan kesehatan janin yang dikandungnya.
Saya salut terhadap perjuangan mereka dan kalau sampai saya mengalami kehamilan di masa pandemi pastilah tak terbayangkan bagaimana rasanya. Untuk itu saya dan suami memang sepakat menunda kehamilan di masa pandemi Covid-19, apa pun itu caranya. Selain khawatir, alasan utama memang kami belum siap untuk memiliki anak, lagi. Kesiapan untuk menambah anggota keluarga menurut saya memang perlu diperhatikan karena memiliki anak adalah keputusan besar yang diambil ketika telah berkeluarga, terlepas seberapa lama usia pernikahan. Dengan adanya kesiapan yang cukup maka pasangan suami istri tentu akan siap pula menghadapi perubahan.
BACA: Melahirkan Butuh Persiapan
Perubahan yang harus dihadapi tak hanya sekadar perubahan secara psikologis, pembagian peran, hingga finansial, tapi juga perubahan mental yang menurut saya memiliki peran vital selama proses kehamilan hingga persalinan. Ya, tak hanya kesehatan fisik, penting juga untuk memerhatikan kestabilan mental ibu hamil, lho! Apalagi bagi wanita yang baru mengalami kehamilan pertama kalinya, biasanya cenderung lebih mudah mengalami stres dan kecemasan. Setidaknya itulah yang saya dengar dari teman-teman yang sedang hamil selama tahun 2020 ini. Penyebabnya pun berbagai macam, dan terkadang sederhana, misalnya karena mendengar mitos seputar kehamilan yang tidak terbukti kebenarannya tapi mereka meyakininya, ditambah lagi tidak mendapatkan dukungan dari keluarga terdekat, alhasil makin bingung bahkan cemas.
Terlalu Banyak Mitos (Bisa) Bikin Bumil Stres!
Teman-teman terdekat yang dinyatakan positif hamil di masa pandemi ini rupanya tak hanya dihadapkan dengan virus corona yang tak kasat mata, tapi juga harus siap mendengar daftar larangan untuk bumil dari masyarakat di sekitarnya. Harapannya sih baik, supaya ibu hamil dan janin yang dikandung dalam keadaan sehat dan sempurna. Tapi kebanyakan larangan yang mereka dengar berkembang dari mitos-mitos yang dipercaya orang zaman dulu hingga akhirnya turun temurun ke orang tua dan diajarkan ke anak-anaknya. Setidaknya ini pun saya alami saat hamil tiga tahun lalu, terlalu banyak mitos yang saya terima dengan dalih nasihat untuk tidak mengonsumsi makanan dan minuman tertentu dan menghindari kegiatan ini dan itu.
Saking banyaknya mitos yang berkembang, membuat saya sampai mencatatnya dan mengecek kebenarannya dengan dokter kandungan setiap kali kunjungan. Nyatanya, tak sepenuhnya mitos seputar kehamilan terbukti kebenarannya secara ilmiah. Alhasil, setiap kali mendengar nasihat yang tak masuk akal dan tidak jelas sumbernya, saya (tetap mendengarnya tapi) memilih untuk tidak mempercayainya begitu saja, bahkan sesekali mengabaikannya (apalagi jika berasal dari orang lain yang tak saya kenal). Cara ini cukup ampuh untuk menjaga kesehatan mental saya selama kehamilan dari pikiran yang menganggu dan menimbulkan kecemasan.
Namun, cara yang saya lakukan tak sepenuhnya bisa dilakukan dengan mudah oleh teman-teman terdekat bahkan orang lain di sekitar saya. Untuk itu, setiap kali mereka mencurahkan ketakutan akan mitos-mitos seputar kehamilan, seringkali saya akan menyerahkan sepenuhnya pada dokter kandungan masing-masing. Kecuali memang mitos yang beredar tidak terbukti kebenarannya, saya pasti akan membantahnya dan menyarankan mereka untuk mengabaikan. Karena bagi saya, jika selama kehamilan lingkungan mereka saja tidak mendukung tapi malah mentakut-takuti dengan mitos, bukannya bahagia tapi malah stres jadinya!
Nah lho, kalau sampai ibu hamil beneran stres bisa-bisa nantinya memengaruhi janin yang dikandungnya. Bahkan kalau nggak ditangani dengan baik bisa memicu kondisi yang lebih parah yakni depresi. Makanya, sebisa mungkin, ketika ada orang-orang terdekat kita sedang hamil, setidaknya bantu mereka dengan tidak membicarakan hal-hal negatif seputar kehamilan yang belum terbukti kebenarannya, termasuk menyampaikan perkara mitos-mitos yang jelas-jelas bisa bikin bumil cemas bahkan stres dengan kehamilannya.
Mitos dan Fakta Seputar Kehamilan
Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, saat mendengar berbagai mitos seputar kehamilan, sebaiknya jangan langsung percaya dan 'mematuhinya'. Apalagi jika larangan yang disampaikan orang lain terdengar tak masuk akal dan nggak jelas sumbernya (misalnya bukan berasal dari nasihat dokter kandungan). Tapi saya sendiri tak memungkiri sih, meski berusaha untuk tak mempercayai mitos, nyatanya saya juga pernah berada di posisi ragu terhadap informasi seputar kehamilan yang beredar di era digital ini.
Terlebih bagi teman-teman yang tengah hamil di masa pandemi, keraguan tak hanya muncul saat mendengar mitos tapi juga keraguan untuk tetap aman menjalani kehamilan hingga persalinan. Mengingat ibu hamil berisiko terinfeksi virus corona meski WHO melaporkan kasus wanita hamil gejalanya relatif ringan dan sedang, dari 147 wanita hamil yang terinfeksi, hanya 8% yang mengalami gejala infeksi serius. Data ini pun masih berkembang seiring dengan penelitian yang terus dilakukan, seperti jurnal-jurnal yang saya baca pada laman Lancet. Bahkan saya pernah membaca penelitian terbaru yang dilakukan para peneliti dari University of Oxford yang menyebutkan bahwa wanita hamil tidak memiliki risiko lebih besar terkena virus corona Covid-19 yang parah ketimbang populasi pada umumnya. Tapi tetap saja, risiko akan selalu ada bukan karena virus ini benar-benar 'baru' dan para peneliti masih mencoba 'mengenalinya'.
Makanya, nggak kebayang perjuangan yang harus dilalui ibu hamil di masa pandemi ini, bukan? Udah harus berjuang lawan corona, masih harus ngadepin omongan yang nyatanya mitos belaka, duh!
Untuk itu, tak mau menambah rasa takut dan bikin bumil semakin ragu, saya akan berbagi mitos seputar kehamilan yang pernah saya dengar dan paling sering beredar di masyarakat beserta dengan fakta sebenarnya. Harapannya sih, bumil bisa memilih mana informasi yang bermanfaat dan harus dipatuhi, mana yang harus dibuang biar nggak nambah-nambahin pikiran! Berikut mitos kehamilan dan fakta yang sebenarnya, simak pelan-pelan aja ya...
1. Ibu hamil harus makan porsi dua kali lipat
"Ibu hamil harus makan banyak, biar bayinya sehat dan gemuk."
2. Tidak boleh makan nanas selama hamil
"Aduh, lagi hamil ya? Jangan makan nanas dulu nanti perutnya bisa panas atau nanti bisa keguguran, lho"
3. Ibu hamil tidak boleh makan pedas
4. Minum es saat hamil bikin bayi gemuk?
5. Minum air kelapa bikin bayi lahir putih bersih
Mendekati HPL, saya sering mendengar wejangan untuk minum air kelapa sesering mungkin. Harapannya sih biar bayi lahir warna kulitnya putih bersih. Namun saya menyadari kalau wejangan ini hanyalah mitos karena faktanya minum air kelapa muda serajin apapun nggak akan memengaruhi warna kulit bayi. Soalnya nih, warna kulit bayi itu udah ditentukan sama faktor genetik atau keturunan orang tua. Jadi kalau memang orang tuanya berkulit putih, maka kemungkinan besari bayi akan mewarisinya. Begitu juga bila orang tuanya berkulit sawo matang atau hitam.
Mitos ini pun dibantah oleh dokter kandungan saya namun beliau tetap memperbolehkan jika saya ingin minum air kelapa muda. Malahan ibu hamil tetap dianjurkan mengonsumsi air kelapa muda karena kandungan elektrolit yang dikenal manfaatnya untuk rehidrasi saat tubuh kekurangan cairan. Selain itu, kelapa muda murni juga dapat menstabilkan tekanan darah, serta mengatasi mulas dan sembelit yang merupakan gejala umum kehamilan.
Nah, dari lima mitos di atas sebenarnya masih belum cukup untuk menjelaskan mitos-mitor seputar kehamilan yang berkembang di masyarakat. Namun setidaknya dari kelima mitos di atas bisa dijadikan bahan pembelajaran bersama bahwa tak selamanya nasihat atau wejangan yang didengar merupakan suatu kewajiban untuk dilakukan. Bisa saja nasihat itu memang benar-benar mitos namun karena banyak yang meyakini jadi seolah-olah fakta yang harus dipercaya. Lagipula kondisi kehamilan setiap wanita berbeda-beda, jadi belum tentu akan mengalaminya.
Terus harus gimana dong menyikapinya? Tenang, tak perlu cemas apalagi sampai marah-marah kepada orang lain yang memberikan nasihat (yang ternyata mitos). Saran saya, hadapi perkara mitos ini dengan bijak dan kritis, karena bagaimanapun juga kita pasti akan menghadapi yang namanya mitos. Terlebih bagi yang tinggal di Pulau Jawa, pasti akan lebih banyak mitos yang menghantui tergantung kebudayaan atau kebiasaan masyarakat setempat.
Jadi cara-cara berikut ini mungkin bisa dilakukan untuk menyikapi mitos seputar kehamilan:
- Tanggapi dan yakini dengan pikiran positif. Tetap dengarkan nasihat yang diberikan dengan baik dan yakini bahwa sebenarnya nasihat itu adalah bentuk perhatiannya kepada diri kita. Kalaupun kamu tak percaya dengan nasihatnya, sebaiknya tetap ucapkan terima kasih.
- Alihkan topik pembicaraan. Jika kamu sedang tidak ingin membahas atau memang tidak tertarik dengan mitos, cobalah untuk mengalihkan topik pembicaraan hal lain seputar kehamilan. Misalnya, membicarakan mengenai dokter kandungan atau perlengkapan bayi. Bisa juga mengalihkan pembicaraan dengan memberikan perhatian kepada orang yang memberikan nasihat. Caranya dengan bertanya tentang dirinya atau topik lain yang ia suka.
- Jangan malas membaca! Luangkan waktu untuk banyak membaca informasi seputar kehamilan sehingga kamu bisa membedakan mana mitos mana fakta. Harapannya supaya kamu tak mudah percaya bahkan mudah dibohongi.
- Berpikir kritis bahwa setiap nasihat yang diberikan belum tentu sesuai dengan kondisi kehamilanmu. Jadi bisa saja mitos yang didengar tak kamu alami.
- Konsultasikan setiap mitos yang kamu dengar dengan dokter kandungan supaya kamu merasa lebih tenang. Mintalah dokter menjelaskan sesuai kondisi kehamilan.
6 comments
Wow, banyak sekali memang mitos seputar kehamilan. Untung saya orangnya cenderung kudet dan enggak pedulian. Jadi, dahulu pas hamil tak begitu terpengaruh. Heheheh ...Sisi baik dari orang ndablek bin cuek.
BalasHapusIya, mitos kehamilan tadi yang disebutin di atas memang sudah sering aku dengar. Ternyata kalo dinalar lagi gak sepenuhnya benar, karena maksudnya mungkin jgn makan dalam porsi yg berlebihan ya.
BalasHapusBeuh mitos kehamilan yang nanas sama es tuh, sumpaaaah, bikin enep banget kalo udah sliweran di WAG keluarga. Selain nggak boleh males membaca, artikelmu kayanya perlu diforward juga Mbak muahahaha. Btw, apik eeee sekarang udah pake infografis. Tinggal ditambahin lagi internal linknya. Tetep yeee kelingan SEO teros :)))
BalasHapusYa juga ya. Bahkan dulu waktu tinggal di desa mitos-mitos kayak gini masih berkembang. Kayak : gak boleh minum es, entar bayinya gemuk. Dulu sih dulu. Waktu saya masih SMA. Gak tau klo sekarang. Udah pindah rumah juga. Anyway, makasih artikelnya. Mitos2 seputarbkehamikan udah dikupas banyak di artikel ini
BalasHapusmitos-mitos di atas masih berlaku di beberapa wilayah mba, seperti daerah aku, memang butuh perjuangan sih merubah stigma itu, saya pribadi ambil sisi baiknya aja
BalasHapusAku kmrn hamil dan keguguran di saat pandemi, rasanya ya gitu deh, semacam over worried makanya sama Alloh malah dikasih rezeki icip rumkit saat pandemi, alhamdulillah baik2 saja.
BalasHapus